Penis Kecil
dr. Andrian, Sp.And.
Spesialis Andrologi SMC RS Telogorejo Semarang
Ada satu pertanyaan menggelitik nih. “Siapa yang senantiasa memperhatikan pertumbuhan putra-putrinya dengan seksama?”. Mungkin banyak di antara bapak ibu yang akan mengacungkan jari apabila ditanya seperti itu. Untuk bapak ibu yang memiliki putri, tentu sudah jelas apa yang akan kita harapkan dari pertumbuhan putri kita. Mulai dari menstruasi, perkembangan buah dada dan seterusnya. Kita memang lebih banyak terpapar dengan pengetahuan tentang perkembangan anak perempuan. Tetapi, putra kita juga tidak boleh luput dari perhatian kita. Pertumbuhan dan perkembangan pada laki-laki, selain pertumbuhan rambut-rambut di tempat tertentu, dan adanya mimpi basah, ada satu hal lagi yang sering luput dari pengamatan kita, yakni“Normalkah ukuran kemaluan putra kita?”
Ukuran kemaluan pria – atau penis dalam istilah medis, memang sering kali luput dari perhatian. Banyak yang menganggap “oooh ukuran kecil kan wajar bila sebelum pubertas” Tetapi seberapa kecilkah yang tergolong wajar? Apakah pubertas pasti bisa membesarkan ukuran penis anak kita?. Apakah Anda pernah membandingkan ukuran penis anak dengan anak-anak sebayanya?
Ukuran penis memang bervariasi, ada yang kecil, ada yang besar. Tetapi walaupun sedemikian bervariasinya, tentu ada ukuran normal di tiap-tiap level usia, seperti halnya pertumbuhan tinggi badan dan perkembangan berat badan. Dan ukuran ini bervariasi di tiap-tiap ras dan etnisitas. Ukuran penis anak Asia tentu berbedan dengan ukuran normal penis anak Afrika maupun Eropa.
Bagaimana jika ukuran penis anak kita di bawah normal? Hmm…. Untuk menjawab pertanyaan ini, memang agak sulit. Ukuran penis yang di bawah ukuran normal harus dicermati secara seksama. Apa yang menyebabkan penis anak kita kecil ? Apakah salah cara mengukurnya? Apakah ukurannya terkesan kecil karena tertutup lemak tubuh yang tebal? Apakah memang ada gangguan anatomi? Ataukan memang ada gangguan hormonal? Ukuran penis yang kecil masih sangat mungkin dikoreksi bila anak belum akil balig. Akan tetapi, apabila masa akil balig sudah terlampaui, maka boleh dikatakan ukuran penis sudah menetap, dan kecil sekali kemungkinan untuk dilakukan koreksi dengan obat.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan ukuran penis lebih kecil dari normal, biasanya terkait dengan genetik, gangguan kromosom, gangguan perkembangan organ-organ yang memproduksi hormon reproduksi, dan gangguan pada metabolisme hormon itu sendiri. Karena berkaitan erat dengan hormon, khususnya hormon testosteron (hormon khas pria), maka terapinya pun tak lepas dari pemberian hormon tersebut. Intinya kita berusaha meningkatkan kadar hormon testosteron dengan berbagai macam cara, tentunya dengan penghitungan dan pengawasan yang tepat. Pemberian hormon yang tidak tepat nantinya dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tinggi badan, gangguan kesuburan, dan masih banyak lagi gangguan-gangguan lain. Nah lho, dengan begitu banyaknya efek samping yang barusan dipaparkan, apakah terapi hormon ini berbahaya? Tentu saja jawabannya tidak, selama diberikan dengan dosis, interval, preparat dan pemantauan yang baik. Tidak semua kasus membutuhkan testosteron secara langsung, tetapi dapat pula diberikan hormon-hormon lain disesuaikan dengan kondisi anak saat itu. Usia berapa anak mulai diterapi, apakah berespon terhadap terapi, apakah ada rasa nyeri? Pertanyaan-pertanyaan ini yang harus dipertimbangkan dalam memberikan preparat obat-obatan yang tepat.
Pertanyaan-pertanyaan yang banyak ditanyakan di antaranya:
- Apakah setelah diterapi hasilnya dapat instan terlihat?
Tentu tidak. Hasil terapi biasanya akan mulai terlihat setelah minggu ketiga dengan pengobatan rutin.
- Apakah pengobatan dilakukan terus-menerus?
Tidak juga. Pemberian obat hanya diberikan selama 8-12 minggu, kemudian akan dievaluasi apakah perlu diteruskan atau tidak.
- Apakah hasilnya permanen? Dan akan membesar terus?
Hasilnya tidaklah statis. Tetapi setelah 12 minggu, biasanya setelah dilakukan pemeriksaan kadar hormon, dan apabila panjang penis sudah sesuai keadaan normal untuk usianya, pemberian hormon akan distop, dan akan dievaluasi setiap 6 bulan. Perkembangan penis akan terus terjadi secara perlahan walaupun obat sudah dihentikan. Tetapi penambahan ukuran penis ini biasanya nanti akan melambat. Pentingnya kontrol setelah dilakukan tindakan adalah apabila pertumbuhannya melambat, dan mulai keluar dari grafik normal, maka perlu dilakukan stimulasi ulang. Tetapi apabila pertambahan penis sudah sesuai dengan usianya, maka penambahan obat tidak diperlukan lagi.
- Untuk apa sih penis dibesarkan?
Pertanyaan ini cukup mengundang tawa. Haha
Penis boleh dikatakan adalah aset pria. Salah satu kriteria ukuran penis normal adalah ketika penis dapat digunakan untuk berkemih dengan baik pada posisi berdiri, dan cukup untuk penetrasi ketika hubungan suami istri kelak ketika dewasa. Namun di luar alasan ini, kadang-kala pembesaran penis dilakukan ketika dijumpai adanya kelainan pada penis yang membutuhkan koreksi, tetapi ukurannya terlalu kecil untuk dapat dikoreksi, misalnya ketika akan melalukan operasi koreksi hipospadia, atau hendak di-khitan. Ukuran penis yang kecil tentu sangat merepotkan operator dalam melakukan operasinya. Pembesaran penis dimaksudkan untuk membantu operator agar lebih mudah melakukan tindakan.
Semoga dengan informasi ini kita menjadi lebih peduli dengan perkembangan anak laki-laki.
Pastikan tumbuh kembang putra Anda sudah ideal, sesuai dengan tahapan usianya.
Leave a reply →
Apakah pada Pria dewasa bisa melakukan terapi hormon untuk memperbesar penis ? Saya usia 25 tahun
Reply →